Text
Manajemen transformasi & akselerasi Perbankan syariah
Setelah tumbuh nyaman dalam kisaran 4.4-4.5 % sejak awal millennium, pertumbuhan ekonomi dunia paska krisis finansial global tahun 2008, tampak terpekur di di kisaran dua hingga 3 persen dan hampir tak pernah menyentuh level sebelum goncangan krisis tersebut. Pada periode tersebut, Amerika Serikat yang menjadi episentrum krisis mengalami lonjakan Credit Default Swap (CDS) yang berlipat. Jumlah CDS yang outstanding pun membuat para pembuat kebijakan kehilangan nalar, segala daya digunakan untuk menyelanatkan perekonomian yang tengah limbung. Salah satunya adalah menyerap obligasi korporat yang profil risiko nya sangat tinggi bahkan cenderung penuh racun. Suatu hal yang jauh dari standar buku teks dan jauh dari khotbah makroprudensial para ekonom barat. Namun demikian, kegalauan dari para pembuat kebijakan dapat dimengerti, karena CDS outstanding ketika itu sudah jauh diatas Produk Domestik Bruto Amerika ketika itu. Sebagaimana will smith yang menampar chris rock ketika istrinya dihina roastingan nirempati, dominasi amygdala terhadap pondasi nalar pembuat kebijakan ketika itu mendapat pemakluman. Apa penyebab krisis? Jeffrey Sachs dalam bukunya “The Price of civilization” menunjuk ceramah inagurasi Reagan tagun 1981 sebagai biang keroknya, bertentangan dengan keyakinan selama ini bahwa krisis adalah bentuk siklus sinusoidal alami. Pada tanggal 20 Januari 1981 di hari cerah yang sedikit dingin, Presiden Ronald Reagan menyampaikan kalimat yang mahsyur, “government is not the solution to our problem, government is the problem.” Kalimat ini mengemuka ketika Reagan melihat hambatan ekonomi utama Amerika adalah pemerintah yang terlalu ketat mengontrol. Sejak ceramah tersebut, munculah mantra liberalisasi yang berlebihan. Celakanya, dengan Amerika serikat sebagai patron global, ini juga memacu negara-negara lain untuk melakukan strategi yang serupa. Orang kaya pun semakin kaya karena tanggung jawab dan kontribusinya terhadap negara semakin memudar, seiring dengan dilepasnya kontribusi pajak secara lamat-lamat. Akibatnya negara memiliki keterbatasan kapasitas untuk menciptakan mitigasi yang memadai untuk berkelit dari krisis. Kebebasan liar ini pun membuat dunia semakin timpang, sebagaimana kritik Jeffrey Sachs bukunya tersebut bahwa krisis global sebagai produk dari peradaban yang lupa membayar ongkos kemakmuran. Gagasan ini pun diamini oleh Thomas Piketty dalam “Capital in the Twenty-First Century”.
Judul Seri | - |
---|---|
No. Panggil | 297.427 MAN |
Penerbit | Jakarta : UI Publishing., 2023 |
Deskripsi Fisik | xiv, 274 hlm. : ilus. ; 23 cm |
Bahasa |
Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-623-333-725-0 |
Klasifikasi | 297.427 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cet. 2023 |
Subjek | |
Info Detail Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Selamet Riyadi |
Tidak tersedia versi lain