Text
Math traditional dance : Inovasi desain pembelajaran pencerminan dan simetri
Menciptakan suasana kelas yang penuh dengan inspirasi, kreasi, dan inovasi dalam pembelajaran matematika terhadap siswa merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab dari seorang guru (Ginnis, 2008: 18). Bagaimana pun, tugas ini tidaklah mudah, mengingat merambahnya era informasi dan teknologi di segala aspek kehidupan. Tak ketinggalan permasalahan dengan persaingan hidup yang juga kian ketat. Merupakan suatu tantangan tantangan yang berat bagi seorang guru untuk menjadi figur dan contoh kreatif terhadap nilai dan pencapaian kompetensi siswa. Hal ini terkait dengan peningkatan kualitas belajar siswa yang memerlukan proses kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Proses ini tidak hanya didukung oleh ahli pendidikan atau guru, namun juga didukung oleh siswa itu sendiri. Dalam KTSP (Depdiknas, 2006) dikatakan bahwa mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiah untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi guna mempertahankan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk itulah, perlu adanya proses pembelajaran yang bisa mencapai kompetensi-kompetensi tersebut. Belajar matematika melalui tarian disebut dengan istilah Math Dance, yakni kolaborasi antara pelajaran kesenian dengan konsep matematika sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang dinamis. Paula Bailey (dalam Stern, 2008: 1) menyatakan bahwa, “I saw students who normally aren’t very focused, extremely engaged in the lesson today with the movement and with the math concepts, and they loved it”. Math Dance ini menarik untuk diperbincangkan karena melalui tarian berarti siswa melakukan aktivitas dalam belajar dengan cara menggerakkan anggota tubuhnya secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Fruedenthal (1991) yang menekankan ide matematika sebagai bagian dari aktivitas manusia. Kemudian, Fruedenthal memaparkan bahwa matematika harus dihubungkan ke realitas melalui situasi masalah. Istilah “realitas” dalam konteks ini tidak berarti selalu mengarahkan arti pada masalah atau situasi yang selalu dihadapi dalam kehidupan sehari[1]hari. Istilah “realitas” berarti bahwa masalah akan terjadi berdasarkan pengalaman nyata bagi siswa siswa.
Judul Seri | - |
---|---|
No. Panggil | 793.310151 YUL m |
Penerbit | Yogyakarta : Deepublish., 2021 |
Deskripsi Fisik | xviii, 257 hlm. : ilus. ; 25 cm |
Bahasa |
Indonesia |
ISBN/ISSN | 978-623-02-3395-1 |
Klasifikasi | 793.310151 |
Tipe Isi | - |
Tipe Media | - |
Tipe Pembawa | - |
Edisi | Cet. 1 |
Subjek | |
Info Detail Spesifik | - |
Pernyataan Tanggungjawab | Yullys Helsa |
Tidak tersedia versi lain